Jangan
Lupa Ini Kalau Tak Mau Apes
Di suatu malam, olin, yang
berumur 18 tahun sedang menonton serial TV 86 bersama Ibunya. Ini adalah salah
satu acara favorit Olin
yang suka ia tonton bersama Ibunya. Pada suatu episod tentang Operasi Zebra,
ada salah satu warga yang kena tilang karena tidak memakai helm. Olin
menyeletuk sambil berbicara kepada ibunya:
Olin : "Alah,
yang seperti itu mah cuma ada di TV, kalau kejadian sebenarnya gak
seperti itu, lewat sogokan selesai"
Ibu : "yah
tidak semua polisi seperti yang kamu pikirkan nak, masih banyak juga
yang berani jujur. Jangan suka cepat ambil kesimpulan, nanti kamu bisa apes.
Olin : "iya
bu. . ." (sambil tetap asyik menonton)
Sore keesokan harinya, Olin
berniat bermain kerumah temannya yang agak jauh. Sehingga ia terpaksa
menggunakan motornya. Sebelum berangkat, terlebih dahulu meminta unag jajan
kepada Ibunya. Ibunya pun memberikan uang jajan da berpesan untuk jangan lupa
membawa SIM motor yang ia baru saja dapat.
Karena Olin berpikir bahwa tidak
mungkin ada razia Zebra di jalan menuju rumah temanya, ia pun tidak
memperdulikan pesan sederhana ibunya. Olin terlalu malas jalan kekamarnya
kembali untuk mengambil SIM yang tertinggal. Akhirnya, Olin pun mengendarai
motornya dengan rapih menggunakan helm dan jaket namun menyepelekan pesan
sederhana Ibunya. Yaitu, untuk tidak lupa membawa SIM.
Olin, yang mengidolakan Bruno
Mars ini pun pergi ketempat tujuan rumah temannya. Mungkin karena ia sedang
asyik mendengar lagu Bruno Mars melalui Hand Phone, ia sampai tidak sadar bahwa
didepannya sudah ada polisi yang sedang operasi Zebra. Karena panik, Olin pun tidak dapat
berpikir panjang atau bahkan memutar balik sepeda motornya. Alhasil, ia harus
berhenti untuk menunjukan surat-surat berkendara motor.
Polisi : "Siang mas, bisa ditunjukan surat-surat berkendaranya?"
Olin : "Yahh…ketinggalan pak, gimana nih?"
Polisi : "Yahh gak gimana-gimana, silahkan parkir motornya
di dekat trotoar"
Ia coba beberapa kali namun tidak
diangkat. Sempat mau putus asa, Olin pun mencoba menelpon Ibunya sekarang.
Sayang seribu sayang, kali ini pulsa menelepon Olin sudah habis karena rupanya sebelum
menelepon bapaknya, pulsa ia sudah sekarat.
Karena tidak ada jalan lain,
akhirnya Olin pun mencoba merayu pak polisi dengan selembar uang kertas merah (100
ribu rupiah) sambil berkata. .
Olin : "Pak,
damai saja ya? Saya cuman ada segini
(sambil menunjukan uang tersebut didalam dompetnya)
Polisi pun menjawab dengan nada
agak keras tersinggung
Polisi : "KAMU
NI, SIAPA YANG NGAJARIN KAMU BEGITU? MASIH KECIL SAJA BERANI
NYOGOK, UDAH AKUI SAJA KAMU BERSALAH".
Olin : "Ia
pak, saya mengaku bersalah, tolong kasi saya kesempatan sekali lagi pak, saya
janji tidak akan mengulanginya lagi"
Polisi : "Apa
kamu tau kesalahan kamu?"
Olin : "Ia
pak, saya lupa membawa SIM"
Polisi : "Selain
itu?"
Olin : "Ia
pak, saya juga salah karena berusaha menyogok bapak".
Polisi : "Bagus,
tapi kamu tetap akan bapak tilang. Mana STNK motor kamu?
Olin : "Ini pak"
Polisi : "Baik, silahkan diambil kembali di pengadilan negri tindak
pidana ringan (TIPIRING) terdekat
Olin : "baik
pak.."
Olin pun mengurungkan niatnya
untuk pergi kerumah temannya. Sekarang ia menuju rumahnya di Bekasi dengan
perasaan bercampur aduk. Mulai dari sedih, gundah gulana dan kesal. Sekarang ia
baru mulai menyadari pesan sederhana Ibunya yang ternyata sangat penting untuk
mood dia hari ini.
Singkat cerita, ketika
sesampainya dirumah..
Olin : "Adek
kena tilang bu"
Ibu : "Hahh?!
Apa?! Terus gimana?!"
Olin : "Yah
terus diambil STNK motor putih sebagai jaminan"
Ibu : "Kamu
sih dinasehatin masuk kuping kanan keluar kuping kiri, jadi kena batunya kan?"
"gak murah itu nebusnya dan repot tau"
Olin : "Lewat
calo aja bu, gampang kan?"
Ibu : "Udah jangan macem-macem, nanti kamu kena
batunya lagi"
Olin : "Gak lah bu, banyak kok
yang lewat calo-calo"
Ibu : "Pokoknya
Ibu gak
mau tau ya kalau
nanti ada apa-apa sama STNK dan SIMnya, siap-siap kamu dimarahain Bapak"
Olin : "Ok
bu...minta
duitnya untuk menebus STNK dong besok pagi dong"
Ibu : "Loh kamu gak sekolah?"
Olin : "Besok tanggal merah bu"
Tidak lama Olin pun langsung
mendekati salah satu pria yang ada di sepanjang jalan menuju kejaksaan agung.
Lalu Olin bertanya…
Olin : "Bisa tolong bantu saya ambilkan STNK, bang?"
Calo : "ya, bisa!"
Olin : "Berapa biaya pengambilannya?"
Calo : "Ngambilnya 150, sama saya jadi 250
Olin : "Ok, ini bang uangnya"
Si calo pun bergegas masuk kedalam pengadilan negeri TEPIRING. Sedangkan Olin menunggu harap-harap cemas menanti calo di tempat makan tidak jauh dari pengadilan negeri TEPIRING. Berjam-jam sudah Olin menunggu. Ia mulai berpikir bahwa sebenanya menggunakan calo malah lebih lama dari padamengambil STNK sendiri.
Ketika waktu menunjukan angka 3
sore, belum juga datang si calo yang ia tunggu. Ditelpon pun nomor nya salah
sambung. Olin mulai berperasangka buruk terhadap calo ini. Ia kemudian memutuskan
untuk melihat kedalam dan mencari si calo.
Ketika sampai di dalam,
Olin tidak menemukan calo yang ia jumpai
tadi. Cemas, dalam hati ia seolah-olah mengatakan “aduh, jangan sampai sudah jatuh tertimpa
tangga nih”.
Adzan Ashar berkumandang. Pengadilan
negeri TEPIRING sedang bersiap untuk closing.
Karena tidak berani sekaligus malu untuk bertanya perihal calo yang ia
percayai, akhirnya ia putuskan untuk kembali kerumah karena besok ia harus
sudah sekolah.
Sesampainya
dirumah, Olin menceritakan semua kejadian yang ia alami hari ini kepada Ibu
nya. Tidak banyak berbicara Ibunya langsung menyuruh Olin untuk segera makan
malam, belajar dan tidur.
Tidak banyak
yang dapat dilakukan Ibu. Suaminya (ayah Olin), sekarang sedang dinas di Palembang,
jadi tidak mungkin mengadukan hal
ini karena takut menganggu konsentrasi kerja suaminya.
Keesokan
pagi harinya, ketika sedang sarapan, Ibu berpesan agar Olin tidak melakukan
kecerobohan yang berakibat fatal lagi. Ibu berpesan agar Olin senantiasa tetap
melakukan kejujuran meskipun sedang dalam kesulitan. Karena kecurangan sangat dekat dengan kebohongan. Dan karena kebohongan
sebenarnya hanya menunda masalah bukan menyelesaikannya.
Sekarang
Olin tidak bisa berangkat ke sekolah dengan sepeda motor karena ia belum menebus STNK
motornya. Ia harus menggunakan pablik transportasi untuk itu. Di
jalan menuju sekolahnya, Olin merenungkan apa yang ia sudah alami dalam dua hari
terakhir. Mulai dari diberhentikan polisi dan tidak dapat menunjukan SIM,
dimarahi Pak Polisi sampai ditipu oleh calo yang ia percayai.
Benar-benar
sial. Sudah jatuh tertimpa tangga. Kalau saja nasehat sederhana Ibunya tidak
diabaikan, Olin sekarang pasti sedang mengendarai motor putih kesayangannya ke
sekolah.
--TAMAT--