iB Blogger Competition

Sabtu, 31 Oktober 2015

                                                Jangan Lupa Ini Kalau Tak Mau Apes

Di suatu malam, olin, yang berumur 18 tahun sedang menonton serial TV 86 bersama Ibunya. Ini adalah salah satu acara favorit Olin yang suka ia tonton bersama Ibunya. Pada suatu episod tentang Operasi Zebra, ada salah satu warga yang kena tilang karena tidak memakai helm. Olin menyeletuk sambil berbicara kepada ibunya:

Olin     : "Alah, yang seperti itu mah cuma ada di TV, kalau kejadian sebenarnya gak seperti itu, lewat sogokan selesai"
Ibu       : "yah tidak semua polisi seperti yang kamu pikirkan nak, masih banyak juga yang berani jujur. Jangan suka cepat ambil kesimpulan, nanti kamu bisa apes.
Olin     : "iya bu. . ." (sambil tetap asyik menonton)

Sore keesokan harinya, Olin berniat bermain kerumah temannya yang agak jauh. Sehingga ia terpaksa menggunakan motornya. Sebelum berangkat, terlebih dahulu meminta unag jajan kepada Ibunya. Ibunya pun memberikan uang jajan da berpesan untuk jangan lupa membawa SIM motor yang ia baru saja dapat.

Karena Olin berpikir bahwa tidak mungkin ada razia Zebra di jalan menuju rumah temanya, ia pun tidak memperdulikan pesan sederhana ibunya. Olin terlalu malas jalan kekamarnya kembali untuk mengambil SIM yang tertinggal. Akhirnya, Olin pun mengendarai motornya dengan rapih menggunakan helm dan jaket namun menyepelekan pesan sederhana Ibunya. Yaitu, untuk tidak lupa membawa SIM.

Olin, yang mengidolakan Bruno Mars ini pun pergi ketempat tujuan rumah temannya. Mungkin karena ia sedang asyik mendengar lagu Bruno Mars melalui Hand Phone, ia sampai tidak sadar bahwa didepannya sudah ada polisi yang sedang operasi Zebra. Karena panik, Olin pun tidak dapat berpikir panjang atau bahkan memutar balik sepeda motornya. Alhasil, ia harus berhenti untuk menunjukan surat-surat berkendara motor.

Polisi    : "Siang mas, bisa ditunjukan surat-surat berkendaranya?"
Olin     : "Yahh…ketinggalan pak, gimana nih?"
Polisi    : "Yahh gak gimana-gimana, silahkan parkir motornya di dekat trotoar"

Olin pun memarkirkan motornya sesuai instruksi pak Polisi. Lalu dengan tampang yang panik dan cemas, Olin pun segera memencet tombol nomor bapaknya. Padahal, bapaknya sedang dinas dari 2 hari yang lalu sampai Minggu depan di Palembang .

Ia coba beberapa kali namun tidak diangkat. Sempat mau putus asa, Olin pun mencoba menelpon Ibunya sekarang. Sayang seribu sayang, kali ini pulsa menelepon Olin sudah habis karena rupanya sebelum menelepon bapaknya, pulsa ia sudah sekarat.

Karena tidak ada jalan lain, akhirnya Olin pun mencoba merayu pak polisi dengan selembar uang kertas merah (100 ribu rupiah) sambil berkata. .

Olin     : "Pak, damai saja ya? Saya cuman ada segini (sambil menunjukan uang tersebut didalam dompetnya)
Polisi pun menjawab dengan nada agak keras tersinggung
Polisi    : "KAMU NI, SIAPA YANG NGAJARIN KAMU BEGITU? MASIH KECIL SAJA BERANI NYOGOK, UDAH AKUI SAJA KAMU BERSALAH".
Olin     : "Ia pak, saya mengaku bersalah, tolong kasi saya kesempatan sekali lagi pak, saya janji tidak akan mengulanginya lagi"
Polisi    : "Apa kamu tau kesalahan kamu?"
Olin     : "Ia pak, saya lupa membawa SIM"
Polisi    : "Selain itu?"
Olin     : "Ia pak, saya juga salah karena berusaha menyogok bapak".
Polisi    : "Bagus, tapi kamu tetap akan bapak tilang. Mana STNK motor kamu?
Olin     : "Ini pak"
Polisi    : "Baik, silahkan diambil kembali di pengadilan negri tindak pidana ringan (TIPIRING) terdekat
Olin     : "baik pak.."

Olin pun mengurungkan niatnya untuk pergi kerumah temannya. Sekarang ia menuju rumahnya di Bekasi dengan perasaan bercampur aduk. Mulai dari sedih, gundah gulana dan kesal. Sekarang ia baru mulai menyadari pesan sederhana Ibunya yang ternyata sangat penting untuk mood dia hari ini.
Singkat cerita, ketika sesampainya dirumah..

Olin     : "Adek kena tilang bu"
Ibu       : "Hahh?! Apa?! Terus gimana?!"
Olin     : "Yah terus diambil STNK motor putih sebagai jaminan"
Ibu       : "Kamu sih dinasehatin masuk kuping kanan keluar kuping kiri, jadi kena batunya kan?" "gak murah itu nebusnya dan repot tau"
Olin     : "Lewat calo aja bu, gampang kan?"
Ibu       : "Udah jangan macem-macem, nanti kamu kena batunya lagi"
Olin     : "Gak lah bu, banyak kok yang lewat calo-calo"
Ibu       : "Pokoknya Ibu gak mau tau ya kalau nanti ada apa-apa sama STNK dan SIMnya, siap-siap kamu dimarahain Bapak"
Olin     : "Ok bu...minta duitnya untuk menebus STNK dong besok pagi dong"
Ibu       : "Loh kamu gak sekolah?"
Olin     : "Besok tanggal merah bu"  
    
Ibunya pun karena kasihan akhirnya memberikan uang untuk menebus STNK. Keesokan paginya, Olin lalu pergi menuju ke kantor kejaksaan TEPIRING. Belum sampai di tempat, ia sudah menemukan beberapa orang melambaikan SIM/STNK yang digenggamnya. Orang ini, menandakan bahwa dia adalah calo-calo pengambil STNK.

Tidak lama Olin pun langsung mendekati salah satu pria yang ada di sepanjang jalan menuju kejaksaan agung. Lalu Olin bertanya…

Olin     : "Bisa tolong bantu saya ambilkan STNK, bang?"
Calo     : "ya, bisa!"
Olin     : "Berapa biaya pengambilannya?"
Calo     : "Ngambilnya 150, sama saya jadi 250
Olin     : "Ok, ini bang uangnya"

Si calo pun bergegas masuk kedalam pengadilan negeri TEPIRING. Sedangkan Olin menunggu harap-harap cemas menanti calo di tempat makan tidak jauh dari pengadilan negeri TEPIRING. Berjam-jam sudah Olin menunggu. Ia mulai berpikir bahwa se
benanya menggunakan calo malah lebih lama dari padamengambil STNK sendiri.

Ketika waktu menunjukan angka 3 sore, belum juga datang si calo yang ia tunggu. Ditelpon pun nomor nya salah sambung. Olin mulai berperasangka buruk terhadap calo ini. Ia kemudian memutuskan untuk melihat kedalam dan mencari si calo.

Ketika sampai di dalam, Olin tidak menemukan calo yang ia jumpai tadi. Cemas, dalam hati ia seolah-olah mengatakan “aduh, jangan sampai sudah jatuh tertimpa tangga nih”.

Adzan Ashar berkumandang. Pengadilan negeri TEPIRING sedang bersiap untuk closing. Karena tidak berani sekaligus malu untuk bertanya perihal calo yang ia percayai, akhirnya ia putuskan untuk kembali kerumah karena besok ia harus sudah sekolah.

Sesampainya dirumah, Olin menceritakan semua kejadian yang ia alami hari ini kepada Ibu nya. Tidak banyak berbicara Ibunya langsung menyuruh Olin untuk segera makan malam, belajar dan tidur.

Tidak banyak yang dapat dilakukan Ibu. Suaminya (ayah Olin), sekarang sedang dinas di Palembang, jadi tidak mungkin mengadukan hal ini karena takut menganggu konsentrasi kerja suaminya.

Keesokan pagi harinya, ketika sedang sarapan, Ibu berpesan agar Olin tidak melakukan kecerobohan yang berakibat fatal lagi. Ibu berpesan agar Olin senantiasa tetap melakukan kejujuran meskipun sedang dalam kesulitan. Karena kecurangan sangat dekat dengan kebohongan. Dan karena kebohongan sebenarnya hanya menunda masalah bukan menyelesaikannya.

Sekarang Olin tidak bisa berangkat ke sekolah dengan sepeda motor karena ia belum menebus STNK motornya. Ia harus menggunakan pablik transportasi untuk itu. Di jalan menuju sekolahnya, Olin merenungkan apa yang ia sudah alami dalam dua hari terakhir. Mulai dari diberhentikan polisi dan tidak dapat menunjukan SIM, dimarahi Pak Polisi sampai ditipu oleh calo yang ia percayai.

Benar-benar sial. Sudah jatuh tertimpa tangga. Kalau saja nasehat sederhana Ibunya tidak diabaikan, Olin sekarang pasti sedang mengendarai motor putih kesayangannya ke sekolah.

--TAMAT--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar